Bangunan Restoran Berusia 110 Tahun Ini Rekam Jejak Kuliner Proklamator (food.detik.com)

Artikel asli diterbitkan oleh Food.Detik.com. Baca DI SINI.

Penulis: DetikFood

 

Jakarta – Restoran di Jakarta ini berhasil merekam jejak kuliner Sang Proklamator. Menu tradisional yang otentik disajikan sebagai rijsttafel menyambut Hari Kemerdekaan.
Banyak catatan sejarah yang berhasil disimpan rapi pada tempat-tempat tak terduga. Bahkan di dalam restoran sekaligus galeri di bilangan Jakarta Pusat saja kental dengan jejak Bapak Bangsa, Ir. Soekarno.

Tugu Kunstkring Paleis berhasil merekam sejarah panjang kuliner di Hindia Belanda hingga Soekarno berhasil merebut kemerdekaannya. Segala rupa masih dijaga keasliannya, bahkan bentuk bangunannya sama sekali tak dipugar.

Menyambut Hari Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia, tim detikfood menilik kembali perjalanan kuliner bangsa di restoran ini. Mulai dari ruangan yang didedikasikan untuk Soekarno, Multatuli, hingga penyajian makanan dengan akulturasi kolonial kami rasakan secara langsung.

Bangunan Imigrasi Belanda yang Tak Pernah Diubah

Memasuki gerbang dari Tugu Kunstkring Paleis sendiri para pengunjung akan disambut dengan tulisan besar “Immigrasienst-Djawan Immigrasi”. Tulisan ini merupakan bukti nyata kejayaan kolonial pada masanya di Batavia.

Pada masa kolonial bangunan ini sempat mengalami perubahan fungsi berkali-kali. Mulai dari difungsikan sebagai restoran sekaligus galeri, menjadi kantor imigrasi, hingga lembaga keagamaan.

Ketika masih menjadi restoran dan galeri, karya pelukis ternama seperti Vincent van Gogh hingga Pablo Picasso pernah dipajang di sini. Hingga akhirnya pemilik Tugu Group berhasil mengambil alih bangunan tersebut dan mengembalikan fungsinya sebagai restoran sekaligus galeri.

Ruangan yang Didedikasikan untuk Pahlawan

Tugu Group terkenal dengan identitasnya yang melekat kuat dengan sejarah dan budaya Indonesia. Untuk di Tugu Kunstkring Paleis sendiri setiap ruangannya didedikasikan untuk para pahlawan bangsa yang berjuang demi kemerdekaan.

Ruang Diponegoro merupakan ruangan makan reguler yang menampilkan lukisan besar berisi cerita penangkapan Pangeran Diponegoro oleh pemerintah kolonia. “Di bagian belakang ruang makan ini ada lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro yang kebetulan dilukis sendiri oleh owner kami,” ujar Dyan selaku Marketing Tugu Kunstkring Paleis.

Ada juga beberapa ruangan yang diberi nama Raden Saleh hingga Multatuli yang merupakan orang Belanda tetapi memiliki jasa untuk Indonesia. Tetapi ada satu ruangan khusus yang sengaja didedikasikan untuk Bapak Bangsa, yaitu Ir. Soekarno.

Di dalam ruangan dengan kapasitas hingga 20 orang ini, perjalanan wafatnya Bung Karno dan foto-foto selama masa hidupnya dipajang. Koleksi seperti topeng, buku-buku, hingga kerisnya pun ada dan tersimpan rapi di sini.

Berbagai menu otentik yang menjadi saksi akulturasi budaya ada di halaman berikutnya.

Resep Autentik Warisan Nusantara

Sejalan dengan konsep seluruh ruangannya, menu-menu yang dihadirkan oleh Tugu Kunstkring dapat dipastikan asli dan otentik warisan nenek moyang Indonesia. Resepnya sendiri dikurasi langsung dan berasal turun temurun serta dijaga kemiripannya dengan makanan yang disajikan pada masa lampau.

Tugu Kunstkring Paleis secara khusus dibantu oleh chef lokal dengan kemampuan menyajikan masakan tradisional yang tak main-main untuk menghidangkan menu-menunya. Pada perayaan Hari Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia tahun ini ada paket bertajuk Imperial Indonesia Heritage Culinary Journey.

Penyajiannya menggunakan tampah dengan dekorasi mirip bambu runcing. Di dalamnya tersaji beberapa lauk pauk khas berbagai daerah yang nikmat.

Seperti sate lembut khas Betawi, tumis daun pepaya dengan ikan cakalang khas Manado, ayam suwir bumbu rujak, sambal goreng ati kentang dengan petai, hingga pelengkap seperti sambal bajak dan emping. Paket menu khusus Hari Kemerdekaan ini dibanderol Rp 358.000++ yang dapat dinikmati oleh dua orang.

Citarasanya benar-benar seperti masakan di rumah nenek. Terbukti dari acar kuning yang memiliki tekstur kerenyahan potongan wortel dan timunnya pas dengan bumbu yang meresap. Sate lembut Betawi yang mulai langka di Jakarta sendiri berhasil dihidangkan dengan perpaduan gurih manis dan cincangan daging sapinya yang lembut.

Jejak Akulturasi Budaya Lokal dan Kolonial

Melalui hidangan makanannya, Tugu Kunstkring juga mengajak para pengunjung meresapi akulturasi budaya yang ada di Jakarta, khususnya. Perpaduan kekayaan kuliner Betawi dan budaya Rijsttafel khas Belanda dapat dipesan oleh pelanggan yang datang.

Ada 10 jenis hidangan Betawi yang akan disajikan dengan konsep penyajian makanan lengkap sesuai tata cara perjamuan resmi disajikan di sini. Untuk pemesanan lebih dari 5 porsi, Tugu Kunstkring juga menyediakan Parade Betawi yang dilengkapi dengan tarian dan musik-musik khas Betawi.

Pada paket Betawi Rijsttafel ini merunya berupa sate lembut, uang krispy, semur lidah, acar kuning, udang sayur gambas, opor bebek, karedok, tumis tempe cabe hijau, sambal hijau dengan teri, serta kerupuk emping. Para pekerjanya juga akan menyendokkan lauk pauk ke setiap piring tamu dengan merata.

Langganan Keluarga Sang Proklamator

Sisi unik lainnya dari restoran ini tidak hanya merekam jejak kuliner Bung Karno saja. Tetapi keluarganya, anak-anak, cucu, dan keturunannya menjadi pelanggan setia di sini.

Dian mengatakan berbagai acara dan jamuan makan seringkali dilakukan di sini. Bahkan cucu mendiang Bung Karno, Puti Soekarno, baru saja melangsungkan perayaan ulang tahunnya di Tugu Kunstkring Paleis pada Juni lalu.

Anak dan cucu dari Sang Proklamator ternyata juga senang datang ke sini untuk makan. Megawati Soekarnoputri konon menyukai hidangan khas Jawa Timur, sementara Puti Sukarno dan keluarga senang memesan Geroosterde visch atau yang berarti ikan panggang dengan sambal matah.

Keluarga Ir. Soekarno memiliki ikatan yang kuat dan kenangan yang kental dengan Tugu Kunstkring, di bagian depan restoran ini dan tepat pada baru pengesahannya tertanda Megawati yang meresmikan restoran ini. Selain para keluarga mendiang Bung Karno, banyak tamu kenegaraan yang juga sering hadir di sini.

Dian menjelaskan beberapa tokoh seperti Duta Besar Timur Tengah pernah makan bersama di Tugu Kunstkring, putri dari Denmark, hingga berbagai presiden dari luar negeri datang ke sini. Selebriti dunia seperti Victoria Beckham saja konon pernah datang untuk mencicipi makanan Indonesia yang otentik.