Painting Exhibition Showtime at Tugu Kunstkring Paleis

painting exhibition showtime with dwiko rahardjo, dwi sutarjantono, debby setiawaty, retno murti, susilo sudirman, iswanto at gedung kunstkring 7-17 april 2015

Painting Exhibition Showtime at Tugu Kunstkring Paleis

 

Jakarta, 1 April 2015 – Ada beberapa ”berkah” yang dapat kita peroleh dari karya seni. Pertama, karya seni dapat ”menyempurnakan” kenyataan. Sebagaimana diketahui bahwa seni mula-mula merupakan upaya peniruan dari kenyataan. Dan sebagai tiruan dari kenyataan, tentu seni tak akan pernah sama persis dengan kenyataan. Juga tidak akan dapat menggantikan kenyataan yang ditirunya. Ada juga yang berpendapat bahwa karya seni adalah sebuah ciptaan “baru”. Meski sang seniman berupaya meniru kenyataan sesuai aslinya, toh pada akhirnya ia dapat menciptakan berbagai kemungkinan baru yang sesuai dengan keinginannya. Maka, karya seni dapat dikatakan sebagai proses transformasi dari dunia nyata menjadi dunia rekaan. Karya seni adalah suatu dunia hasil rekonstruksi individual sang seniman.

Berkah kedua, dengan karya seni kita dapat memperkaya pemahaman dan penghayatan terhadap kehidupan. Karena seni adalah sebuah ciptaan yang tersusun dari berbagai kemungkinan penataan ulang dunia maka kita bisa mendapatkan versi tertentu menurut kaca mata si seniman, sehingga dari situ akan muncul makna baru. Ketika orang menyaksikan sebuah lukisan, dengan latar belakang pengalaman dan cara pandang yang berbeda-beda, biasanya akan muncul makna yang bermacam-macam.

Begitulah pemahaman Karya Seni menurut Adi Wicaksono sang Kurator Seni Rupa yang terlibat dalam Pameran Lukisan ”Show Time” 2015 yang akan diadakan di Tugu Kunstkring Paleis mulai tanggal 7 hingga 17 April 2015. Acara yang akan dihadiri oleh 200 orang dari beragam kalangan ini juga akan secara resmi di buka pada tanggal 7 April 2015 pada pukul 19.00 – selesai, oleh Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Permaisuri dari Sri Sultan Hamengkubuwana X, yaitu raja Kasultanan Yogyakarta sejak tahun 1989 dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 1998.

Sebagian besar lukisan yang ditampilkan pada pameran”Show Time” ini adalah lukisan representasional, yaitu lukisan yang memiliki objek. Sebagian objek-objek itu dapat kira rujukkan pada kenyataan, dan sebagian lainnya adalah dunia imajiner hasil rekaan si seniman. Sebagian dapat kita lihat sebagai gambaran suatu kenyataan tertentu, dan sebagian lagi adalah rekonstruksi kenyataan yang diubah dalam beragam cara sehingga menjadi kenyatan versi si seniman. Keunikan dari Pameran kali ini, tidak semua peserta pameran berasal dari Pelukis Profesional, tetapi gabungan dari beragam profesi yang memiliki rasa cinta terhadap Seni Rupa. Hal inilah yang membuat Pameran Lukisan kali ini berbeda dari biasanya dan diharapkan dapat menambah semarak dunia Seni Rupa Indonesia.

Tentang Pelukis

Dwiko Rahardjo
Pelukis yang juga memiliki pengalaman bekerja di bidang periklanan dan media, serta menekuni desain panggung fashion dan pertunjukan, adalah lulusan Seni Rupa desain Komunikasi Visual, aktif terlibat dalam berbagai pameran lukisan di Solo, Jogja, Jakarta, (Taman Ismail Marzuki, Gallery Rumah Djawa, dll). Beberapa kali memenangkan lomba karya seni tingkat Nasional, diantaranya poster terbaik Lingkungan Hidup, poster terbaik Persahabatan Indonesia-Jepang dll.

Dwi Sutarjantono
Saat ini adalah Pemimpin Redaksi majalah Esquire Indonesia. Belajar melukis otodidak. Beberapa lomba melukis dijuarainya sewaktu masih sekolah termasuk menjadi ilustrator majalah sekolah, dan membuat komik wayang kartun yang ditunggu teman-teman sekolahnya. Pernah ikut pameran kartun bersama di Bentara Budaya Yogya sewaktu kuliah juga membuat lukisan backdrop panggung teater Gadjah Mada yang disutradarai Landung Simatupang. Pernah menjadi redaktur budaya membuatnya kembali bersentuhan dengan dunia seni rupa, beberapa kali menulis pengantar untuk pameran lukisan.

Debby Setiawaty
Wanita yang kesehariannya disibukkan dengan beragam aktifitas sebagai Direktur Humas di salah satu Hotel Butik Bintang Lima di Jakarta ini memiliki hobi melukis yang ditekuninya semenjak Ia kecil. Hobi ini dilakukannya pada saat kembali dari kantor atau pada saat akhir pekan. Warna-warna cerah adalah kesukaanya, maka tak heran apabila karya-karyanya sebagian besar menggunakan warna terang yang digabungkan sehingga membentuk sebuah lukisan yang indah.

Retno Murti
Warna. Hal pertama yang sering menarik minat banyak orang adalah warna. Begitupun di panggung peragaan mode, warna lah yang langsung menarik perhatian. Itulah yang dirasakan Retno Murti dalam hidup sehari-hari dan saat ia menjadi editor sebuah majalah lifestyle ternama.Namun warna menjadi sangat berarti baginya ketika ia mendalami Color Healing lewat Aura Therapy yang ditekuninya. “Warna yang menjadi kekuatan energi kita bisa didayagunakan untuk self healing,” kata praktisi color healing ini. Warna ini pula yang kini ditampilkannya dalam lukisannya kali ini khususnya warna-warna pelangi yang menurutnya merupakan warna aura tubuh kita. Mengaku bukan pelukis dan hanya senang menggambar dan karena dorongan teman-temannya, ia mencoba menampilkan gagasannya tentang warna ini dalam pemahamannya tentang keseimbangan body and mind lewat guratan di atas kanvas

Febry Suwandito
Pelukis yang telah terlibat dalam banyak pameran bersama di Indonesia maupun di mancanegara, di antaranya ”UneArth Asia” di Kuala Lumpur, ”Spon Art Fair” dan ”Art fair AHAK”, di Hongkong, ”Art Exchange” Singapura dan lain-lain.

Iswanto
Menempuh pendidikan Seni Lukis pada Institut Seni Indonesia ( ISI ) Yogyakarta, dan lulus pada tahun 1994. Dalam karirnya sebagai pelukis Iswanto telah melakukan 11 pameran tunggal dan terlibat pada puluhan pameran, di Indonesia maupun di manca negara.

Susilo Sudirman
Telah mengikuti banyak pameran, di antaranya ”Jakarta Biennale 14” di Galeri Nasional Jakarta, “Urban Magnet” di Phillo Gallery, Jakarta, “Fantasy Object” di Millenium Gallery, Jakarta, dan lain-lain. Ia pernah menjadi finalis pada “Art Competitions, The Beppu Asia Biennale Of Contemporary Art 2010” Japan, serta menjadi finalis Jakarta Art Award 2008.

Tommy Faisal Alim, menempuh pendidikan seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Penah mengajar art & design di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan di School of Design BINUS, serta menjadi direktur Jakarta Art Forum. Telah melakukan 6 pameran tunggal dan terlibat belasan pameran bersama di Indonesia maupun di manca negara.

 

Untuk Informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Debby Setiawaty
Tel. 082187777787
E-mail: debbysetiawaty[at]gmail[dot]com