Artikel asli diterbitkan oleh Okezone. Baca DI SINI.
Penulis: Avirista Midaada
HOTEL Tugu begitu strategis di pusat Kota Malang, Jawa Timur. Berada di satu area dengan Balai Kota Malang, Gedung DPRD, hingga tak jauh dari Stasiun Malang Kota Baru, menjadikan hotel ini cukup mudah diakses oleh para tamu. Jadi cocok juga buat staycation.
Hotel yang mengusung konsep The Art, Soul and Romance of Old Java. Tampak kesan rindang dan etnik begitu dirasakan saat pertama kali tiba di depan hotel. Pepohonan tumbuh lebat di depan area hotel. Memasuki lobi resepsionis hotel, kesan etnik mulai terasa kental. Gamelan dan sejumlah peralatan musik tradisional nusantara, sudah menyambut kedatangan tamu.
Memasuki lobi tengah ruang tunggu dua topeng khas Malangan sudah menyambut tamu. Tak ketinggalan lukisan penari Bali dan sejumlah perabotan kayu jati tua membuat suasana etnik.
Menelusuri ruangan demi ruangan di Tugu Hotel Malang, beberapa benda antik koleksi pendiri Tugu Group Anhar Sejadibrata. Hotel ini sendiri memiliki setidaknya delapan ruangan, yakni Ruang Soekarno, Bangsal Merah Boepati, Ruang Radja, Ruang Babah, Tirta Gangga, Lorong Endless Love Avenue, Sahara, dan Keraton Ball Room.
Masing-masing ruangan ini memiliki ciri khas sesuai dengan nama dan temanya. Bahkan antar satu ruangan dengan ruangan lainnya memiliki koleksi benda kuno yang berbeda-beda.
Secara keseluruhan benda-benda yang tersimpan di Hotel Tugu Malang, merupakan peninggalan sang pendiri Tugu Group, Anhar Sejadibrata. Ia merupakan kerabat dekat Oey Tiong Ham, pengusaha gula asal Semarang. Konon Oey saat itu merupakan raja orang terkaya se-Asia Tenggara pada zamannya.
Beragam koleksi benda antik di hotel merupakan benda warisan keluarga Oey Tiong Ham. Koleksi – koleksi bernuansa China Jawa, banyak terpampang di hotel ini. Di Ruang Babah misalnya, beragam koleksi benda khas negeri tirai bambu terlihat. Aneka keramik, porselin, wayang potehi, hingga benda kuno lain terpampang. Di ruangan ini pula perpaduan nuansa China – Jawa klasik begitu terasa kental. Beberapa benda seperti arca, lukisan, dan foto kuno terpampang.
Peninggalan Oey Tiong Ham, crazy rich Raja Gula terkaya se Asia Tenggara kala itu juga terlihat di Ruang Radja. Di sini koleksi pribadi Oey Tiong Ham seperti foto, lukisan keluarga, hingga benda bersejarah lain tampak begitu etnik.
Bagian ruangan yang menjadi daya tarik hotel ini adalah Ruang Soekarno. Satu ruangan ini didesain sedemikian rupa dengan peninggalan sejarah bapak proklamator kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno.
Ruangan ini dinamakan Soekarno Room, dimana ruangan ini dipenuhi foto – foto asli Bung Karno. Selain itu beberapa benda bersejarah milik Soekarno juga tersimpan di ruang Soekarno ini. Tak ketinggalan lambang Garuda dan lukisan Soekarno besar kian menambah etnik ruangan. Di bawahnya sejumlah benda kuno dipampang.
Nuansa kental Bung Karno ini membuat Presiden Republik Indonesia keempat Megawati Soekarnoputri, sekaligus cucu Bung Karno kerap kali mampir ke hotel ini saat menuju Malang dan Jawa Timur.
Ruangan Bangsal Merah Boepati juga menyimpan kisah sejarahnya tersendiri. Di sini terdapat lukisan Bupati Surabaya Tjokronegoro. Nuansa sejarah Jawa Timur abad ke – 18 hingga akhir abad 20 begitu kental di ruangan ini.
Kendati memiliki berbagai desain klasik dan benda – benda kuno dan antik, kesan menyeramkan tak sama sekali terasa. Justru kesan etnik dan syahdu begitu kental di hotel tersebut.
Apalagi hal ini dipadukan dengan sejumlah fasilitas hotel seperti kolam renang, sarapan ala carte, sesi minum teh sore setiap hari, kelas memasak, merangkai bunga, hingga bersepeda, kian membuat tamu yang hadir nyaman.
Belum lagi beberapa kuliner tradisional khas nusantara seperti pecel, rawon, hingga aneka street food khas Malang begitu memanjakan lidah anda.
Public Relation Hotel Tugu Malang Budi Suserio Saputro mengatakan, benda – benda kuno bersejarah di Hotel Tugu Malang menjadi daya tarik tersendiri. Selain menginap para tamu tentu bisa belajar menambah pengetahuan sejarah peradaban nusantara.
“Sebenarnya konsepnya seperti rumah sendiri jauh tetap modern tapi stylenya tetap seperti di rumah. Di sini juga tamu tidak sekedar tidur dan makan, tapi bisa mengenal dan mempelajari sejarah kami yang begitu banyak,” kata Rio, sapaan akrabnya.
Rio menambahkan, bila para tamu biasanya akan diajak berkeliling menelusuri dan dijelaskan mengenai sejarah hotel, termasuk di dalamnya benda – benda antik dan kuno yang terdapat di hotel.
“Jadi selain tour ke area hotel, tamu yang menginap biasanya kami tawarkan untuk tour ke perkebunan kopi yang kami miliki di kaki Gunung Kawi dan tour ke candi – candi,” ungkapnya.
Tour ini dikatakan Rio, menjadi sensasi tersendiri selain menginap di 49 kamar hotel yang tersedia. Apalagi dengan suasana hotel yang cukup etnik.
“Untuk kamar Standar superior deluxe harga normal sebelum pandemi Rp 1.650.000, sekarang pandemi Rp 1,1 sampai Rp 1,2 juta bisa Rp 1 juta, yang pelanggan tetap. Fasilitasnya pun sama, tidak ada yang kita ubah, itu termasuk breakfast, teh, hotel tour,” bebernya.