Akulturasi Budaya Jawa Tionghoa, Hotel Tugu Malang Konsisten Usung Konsep Babah Peranakan (by Times Indonesia)

Artikel asli diterbitkan oleh Times Indonesia. Baca DI SINI.

Penulis: Times Indonesia

 

Terkenal sebagai ikon “Babah Peranakan”, Hotel Tugu Malang konsisten menerapkan konsep ini di beberapa ruangannya. Dilengkapi dengan furniture serta nuansa campuran Tionghoa dan Jawa yang kental, maka tamu akan dimanjakan dengan pengalaman menginap yang tak terlupakan.

Tak hanya kamar, tapi di beberapa ruangan disekitar hotel juga mengusung tema Babah Peranakan salah satunya adalah “Ruangan Babah” yang terinspirasi dari ruangan pernikahan campuran antara Tionghoa dan Jawa.

Dihiasi oleh benda koleksi seni pribadi dari pendiri Tugu Hotels & restaurants, salah satunya ada wayang potehi yang merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang dimana kesenian ini dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia.

Setiap venue di Hotel Tugu Malang juga sangat cocok untuk penyelenggaraan sebuah event seperti meeting, group discussion, reuni, bahkan wedding. Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan standar WHO, serta bantuan team professional yang berpengalaman dibidangnya, siap membantu untuk menyelenggarakan acara yang memberikan atmosfer inspiratif yang dibalut salah satunya budaya Babah Peranakan.

Selain itu dari sisi kuliner, Melati Restaurant juga memanjakan lidah tamu agar dapat merasakan beragam hidangan – hidangan istimewa dengan resep asli ala Babah Peranakan yang lezat dan bervariasi.

Nikmati hidangan khas mulai dari Nasi Goreng Nonya Old Recipes yaitu nasi goreng dengan resep turun temurun asli Babah Nyonya selama 4 generasi, yang dimasak dengan seafood dan topping beef bacon; Biefstuk Champignon, steak tenderloin yang disajikan dengan kentang goreng, kol, buncis, wortel, kacang polong, dan jamur. Ada lagi Smoor Lidah Babah yang terdiri dari sup lidah sapi ala Babah disajikan dengan nasi hangat, sambal terasi, mentimun, dan emping.

Melengkapi rangkaian konsep Babah Peranakan, UND Corner juga menyediakan ragam camilan tanpa bahan pengawet dengan resep asli Babah Njonja. Salah satu yang ikonik yaitu roti Bludder Nyonya Oei yang mempunyai tekstur selembut kapas dan Kue – Kue Njonja Babah 1930 yang dapat dinikmati bersama keluarga atau dikirimkan sebagai hampers kepada para relasi atau rekan kerja.

Sebagai informasi istilah “Babah” dalam bahasa Jawa, biasa digunakan untuk menyebut budaya blasteran yang dihasilkan dari perkawinan antara pendatang Tionghoa dengan perempuan asli Jawa yang kemudian gaya hidup mereka dipengaruhi juga oleh budaya kolonial Belanda.

Para keturunan dan pendatang dari Tiongkok yang menikah dengan penduduk setempat kemudian memulai komunitasnya sendiri dan mengembangkan budaya campuran yaitu disebut “Babah Peranakan”.